Senin, 18 April 2011

ALAMAT DAY CARE

Sharing buat moms yang kebetulan ditinggal Baby Sitter (BS) or ART nya dan berminat menitipkan babynya di Day Care

berikut sharing alamat Day Care di Jakarta & Sekitarnya


JAKARTA PUSAT

1. TPA HARAPAN IBU
Jl. Salemba Raya No. 28 Departemen Sosial Jakarta Pusat
Phone : 3103591, 3106552 Ext. 221

2. TPA PERTIWI
Jl. Ir. H. Juanda No. 3/31 Jakarta Pusat
Phone : 3844301

3. TPA SYLVA
Gedung Manggala Wana Bhakti Lt. 1 Blok 7
Jl. Gatot Subroto Jakarta Pusat
Phone : 5720188

4. TPA RSPAD Gatot Subroto Senen

5. TPA Artha Wildan
Departemen Keuangan
Phone : 3449230 Ext. 3410

6. KEENKIDS DAYCARE
Open hours : 7.45am – 6.30pm
Park Royale Executive Suites Tower III, ground floor
Jl Gatot Subroto kav 35-37-39
Jakarta 10210
Phone: 5717502/5717602

7. TPA HIGH REACH
Open hours : 7.15am – 6pm
Sudirman Park Apartment (enter from main lobby)
Tower Bougenville (B) 2nd Floor
Jl. KH Mas Mansyur Kav 35, Jakarta 10220
Phone / fax : 021-57942800 or 57942770


8. Carpe Diem Daycare
Jl. Cikini Raya
Fasilitas: kegiatan sekolah dipagi harinya.
Program ini untuk usia 1 sampai dengan 6 tahun.
Phone : 31931695/ 83293990
9. Lovely Sunshine
Open hours: 07.00-18.00
Jl. Danau Limboto No 4A, Bendungan Hilir
Phone: 021-27133275 / 081510635159
Web: www.lovelysunshinedaycare.com
FB: Lovely Sunshine Daycare

JAKARTA SELATAN

1. TPA ANANDA
Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam Jakarta Selatan
Phone : 7504759, 7503249

2. SASANA BINA BALITA MELATI
Jl. Cinere Raya Blok D1 No. 13-15 Cinere - Jakarta Selatan
Phone : 7547456

3. SASANA BINA BALITA MITRA
Open hours : 7.30am – 4.30 pm
Jl. Kuningan Timur Blok M/2 (Sebelah Grand Melia, Gedung Bulog II)
Jakarta Selatan
Phone : 5204277

4. SASANA BINA BALITA MEKAR
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 345 Kuningan
Jakarta Selatan
Phone : 5204366-72 / 7992844 Ext: 104

5. TPA MEKAR ASIH
Open hours : 8am – 4pm
Gedung Depdiknas Jl Jend Sudirman (samping Ratu Plaza)

6. TPA SASANA BINA BALITA ANAK
Jl. Sultan Agung No. 66 Jakarta Selatan
Phone : 8303954

7. TPA AL IKHSAN
Jl. Raya Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan

8. TPA Omah Cilik
Open hours : 6am – 6pm
Website : http://tpa-omahcilik.com
Jl Minyak 1 no.8 Komp Pertamina Duren Tiga Jakarta Selatan
Contact Person : Ibu Salida
Phone : 7981255

9. TPA KANIA NANDA
Departemen Pertanian
Jl Harsono RM no. 3 Jakarta Selatan
Phone : 7806131-34 ext 3106

10. Baby Kangaroo
Open hours : 7.30am -5pm
Jl Cikajang No 56, Kebayoran Baru
Jakarta 12170
Phone/Fax : 021- 7269391
Email : management@kangaroo-daycare.com
Website : http://www.kangaroo-daycare.com
Facility : Swimming pool, outdoor play-ground, 1:1 Nanny:less-than-1yr-old baby, breastmilk pick-up service

11. My Tootsie Bear Childcare
Bellagio Residence
Bellagio Residence twr B, Unit OG 20 (toddler) & UG 02 (baby)
Mega Kuningan E4.3
Website : http://mytootsiebear.com
Phone : 081905097274 (toddler) & 087887489191 (baby)

12. MY PLACE: D Day Care
Jl. Mampang Prapatan Raya No.69
Jakarta Selatan
Tel 021 98529926
Deket BCA mampang

13. Flying Star Care
- Memiliki tempat penitipan anak di Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
- Layanan antar jemput, nanny
- Bagi anak yang sudah berusia 1.5 tahun keatas, mereka akan join pre-school kita dari jam 9 -12 siang lalu jam 12.30, setelah lunch kita akan Nap time kemudian dilanjutkan lagi dengan fun learning activities and play. Included 2x/bln les renang.
- Monthly fee: 1.3juta/bln daycare from 07.00 - 19.00, Monday- Friday.
- 3 bahasa : inggris, mandarin dan bahasa indonesia
- les renang, tenis, ngaji, guitar, keyboard, dan tarian daerah
Semua fasilitas baik day care maupun nanny memiliki aktifitas tumbuh kembang anak yang di buat oleh penemu speech and languange pathology di filipinia
Phone : 081585857117 / 021-7505492
Website: http://www.flyingstarschool.co.cc

14. Kebunku Daycare
Perkantoran Hijau Arkadia
Jl. TB Simatupang Kav.88
Jakarta Selatan
Telfon: 78837420 / 0816767648

15. I-LEaD Childcare
Gedung Energi SCBD
Website: http://www.ileadedu.org
Phone: 021-2506638

16. Harvest Daycare
Plasa Semanggi lantai 5 (akses masuk lewat Gedung Veteran)
Website: www.harvestdaycare.com
Phone: 021-25535112 / 081807073075 / 081348561434
Email: harvestdaycare@yahoo.com
Menerima anak-anak umur 3 bulan - 3 tahun, hari Senin-Jumat, jam 7 pagi hingga 5 sore.

17. Paradise Daycare
Lokasi: Palm Court Apartement. Ground Floor Tower 2. Jalan Gatot Subroto Kav 25-26 Jakarta Selatan 12570
Telp : 021-5206188 Ext 388; 082123079783 ; 087775362227;
Email : paradisebabycare@yahoo.com
Facebook : Penitipan Anak Jakarta
Twitter : @penitipananak
PIN : 270AE43C
Web : http://www.daycareparadisebaby.com

JAKARTA TIMUR

1. TPA SEJAHTERA
Kompleks PRW Mulya Jaya Pasar Rebo
Jakarta Timur
Phone : 8400631

2. TPA TAMAN MINI
Jl. Laksamana 31-32
Komp. Perumahan TMII
Jakarta Timur
Phone : 8409269

3. TPA TAT TWAM ASI
Jl. Kecubung V/3 Duren Sawit
Jakarta Timur 13440
Phone : 8626358

4. TPA CERIA
Open hours : 8am – 4pm
Gedung Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun

5. Rumahku Daycare
Cilangkap
Usia 3bulan-12tahun
Promo member tahunan : Rp. 2,5 jt/th/anak. dengan iuran bulanan Rp. 250.000/bln/anak. dengan antar jemput Rp. 400.000/bln/rumah.
Phone: 02183940036 / 082157751355

JAKARTA BARAT

1. TPA PERMATA BUNDA
Jl. Gelong Baru Utara No. 5
Jakarta Barat
Phone : 5650900

BOTABEK

1. TPA CARITAS
Wisma jaya
Jl. Kusuma Utara Duren Jaya
Kec. Bekasi Timur

2. TPA TERATAI
Jl. H. Moeljadi Djojomartono
Bekasi
Phone : 8800547

3. WISMA BALITA (TPA, PG, TK)
Jl. Cempaka III/16 Bintaro Jaya
Phone : 7363971 - 73885558
Fax : 7359422

4. TPA PESTALOZZI
Komp Bukit Permai Jl Bromo/Taroman Blok R/6
Cibubur
Phone : 8716894 8704964
Fax : 8704964
Email : iscpane@pacific.net.id

5. TPA DHITTA
Jl. Juragan Sinda.
Depok Kukusan
Phone : 78883934

Senin, 14 Maret 2011

Pertolongan Pertama pada serangan jantung.


Misalnya saat ini adalah pukul 17:23, saat anda selesia bekerja setelah anda sibuk kerja seharian, anda sedang dalam perjalanan pulang dengan mengendarai mobil sendirian. Tiba-tiba anda merasakan sakit yang sangat di dada & rasa sakit itu mulai menjalar ke lengan & dagu. Namun anda mnyadari bahwa jarak ke Rumah Sakit  terdekat kira-kira masih berjarak 5 Km, lebih celakanya lagi anda tidak tahu apakah anda mampu bertahan sampai sejauh itu.
Saat sendirian, kena serangan jantung, bagaimana cara pertolongan pertamanya?
Seseorang saat kondisi jantungnya tidak dapat berdenyut secara normal serta merasa hampir pingsan, maka ia hanya mempunyai waktu  kira-kira 10 detik, setelah itu akan hilang kesadaran & pingsan. Jika di sekitarnya tidak ada orang yang memberi pertolongan pertama, penderita harus memanfaatkan 10 detik yang singkat ini dengan  usaha untuk menolong dirinya sendiri. Harus Bagaimana?

Jawabannya: JANGAN PANIK, USAHAKAN BERBATUK TERUS DENGAN SEKUAT TENAGA. SETIAP KALI SEBELUM BATUK, HARUS TARIK NAFAS DALAM-DALAM KEMUDIAN BER BATUK DENGAN KUAT-KUAT, DALAM-DALAM & PANJANG-PANJANG, seperti hendak mengeluarkan dahak yang berada dalam dada.

SETIAP SELANG 2 DETIK HARUS TARIK NAFAS SEKALI & BERBATUK SEKALI.
Hingga pertolongan tiba, atau kalau merasa denyut jantung sudah normal, baru boleh beristirahat.
Tujuan tarik nafas: untuk memasukkan Oxygen ke dalam paru-paru.
Tujuan batuk : untuk menekan jantung, agar aliran darah bersikulasi. Menekan jantung juga dapat membantu denyut jantung kembali normal.
Pertolongan cara ini bermaksud agar penderita mempunyai kesempatan untuk pergi ke Rumah Sakit.

Jangan kira jika anda berumur dibawah 30 tahun, maka anda akan bebas / tidak akan mengalami serangan jantung!!
Siapa tahu dg menginformasikan hal ini, anda menyelamatkan 1 nyawa !

(article published on No.240 of Journal of General Hospital Rochester)

Rabu, 02 Februari 2011

karakter Mr. Darcy

Karakter sastra dalam Novel Jane Austen Pride and Prejudice, Mr Fitzwilliam Darcy , merupakan karaktter yang abadi  dan tampak nyata. Padahal tokoh fiktif ini muncul pertama kali saat  Jane Austen bermimpi dan mungkin Jane tak akaan pernah tahu bahwa tokoh yang ia ciptakan menjadi sebuah ikon.
Dalam novel Jane Austen Pride and Prejudice, Mr Darcy digambarkan sebagai tokoh dengan pribadi yang kompleks, introvert, tidak bergairah, namun setia kawan dan yang pasti sombong atau mempunyai kebaggaan atas dirinya (Harga diri?)

"... namun temannya Mr Darcy segera menarik perhatian orang-orang di ruangan, melalui badannya bagus, tinggi, fitur tampan, penampilan bangsawan, dan laporan yang beredar dalam lima menit setelah ia memasuki ruangan, seperti waktu terhenti dan semua orang memandangnya dengan penuh kekaguman. hingga Mr Darcy menunjukkan sikap merendahkan terhadap gelombang kekaguman orang-orang disekitarnya. Orang-orang menceritakan bahwa ia memiliki semua perkebunan besar di Derbyshire dan menjadi tidak layak untuk dibandingkan dengan temannya, Mr. Bingley"

Tidak ada yang berani untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu dengannyadan bisa jadi Mr. Darcy adalah seorang yang pemalu. Karenanya Mr Darcy akhirnya dinyatakan sebagai tokoh yang dianggap punya
harga diri tinggi dan sombong, terutama ketika Mr.Darcy menolak untuk menari, meninggalkan  Elizabeth Bennet tanpa pasangan.

Dari situs lain saya mendapati silsilah tokoh Mr. Darcy

                       (Old Earl of ----,
                       surnamed Fitzwilliam)
                              |
                 +------------+----+----------------+
                 |                 |                |
  (Old Mr. === (Lady            current            Lady  === (Sir Lewis
   Darcy)   |   Anne)         Earl of ----      Catherine |   de Bourgh)
            |                      |                      |
     +------+------+           +---+------+               |
     |             |           |          |               |
Fitzwilliam    Georgiana     elder     Colonel          Anne de
   Darcy         Darcy       son(s)   Fitzwilliam        Bourgh

dan dilsilah Mr. Bingley

 Sir William === Lady                 +----------+----------+
    Lucas     |  Lucas                |          |          |
              |                       |          |          |
    +---------+----------+         Charles    Caroline   Louisa === Mr.
    |         |          |         Bingley    Bingley              Hurst
Charlotte   Maria    other boys
  Lucas     Lucas     and girls



 
www.suite101.com

ww.pemberley.com

Makanan yang baik bagi ibu hamil

Ibu hamil rata-rata memerlukan +- 2200 kalori (9500kJ) dalam sehari. Makanan yang baik  bagi ibu hamil adalah :
1) Sumber makanan yang kaya akan kalsium seperti:
-Susu rendah lemak (skim milk) usahakan meminum susu rendah lemak ini
selain kadar kasliumnya yang agak tinggi, insya Allah tidak akan membuat ukhti
gemuk karena kadar lemaknya yang rendah dibandingkan dengan susu biasa.
-Ikan sardin dan keju baik keju tua maupun muda
sumber makanan dg Kalsium akan membantu pertumbuhan tulang dan gigi janin  Ini juga membantu ibu hamil mencegah kekurangan kalsium, karena jika Ibu kekurangan Kalsium  maka sang bayi akan mengambil persediaan kalsium yang ada dalam tubuh Ibu. Salah satu akibat jika Ibu Hamil kekurangan kalsium, maka akan menyebabkan osteoroposis atau keropos tulang diusia muda, dan hal ini banyak diderita oleh para wanita yang pada waktu hamil mengabaikan konsumsi kalsium.


2) Sumber makanan yang kaya akan protein:
- keju, susu, yogurt, daging berwarna merah (yang tidak berlemak),dan ikan.

3) Sumber makanan yang kaya akan vitamin C:
-Cabai merah besar (paprika), strawbery dan jeruk. Sumber makanan ini akan membantu pertumbuhan plasenta dan mencegah terjadinya infeksi.

4) Serat dan karbohidrat:
- sayuran kaya akan serat, begitu pula biji-bijian selain kaya akan
karbohidrat juga kaya akan serat seperti gandum, beras merah, kedelai, kacang
merah, kacang panjang , lentil dan kacang polong. Makanan berserat ini akan
mencegah munculnya sembelit (susah buang air besar) keluhan umum yang diderita
ibu selama kehamilan.Karena itu untuk mencegah terjadinya sembelit banyaklah
mengkonsumsi makanan berserat.

5) Vitamin A:
-sayuran berwarna hijau dan merah atau kuning seperti brokoli dan tomat
atau paprika berwarna kuning. Vitamin A  akan membantu perkembangan saraf pusat pada janin.

6) Asam folik -terdapat pada brokoli dan bayam
7) Zat besi:
-terdapat pada ikan tuna dan bayam.



Sumber : 101 tips terpenting melahirkan, Dian Rakyat,Jakarta, 1999.

Selasa, 01 Februari 2011

Tips PD dengan warna Merah

Terinspirasi oleh esok hari yang perayaan Imlek, pagi ini saya memakai hem Hitam dengan sulaman bunga plus Jilbab merah. Jilbab ini karena terlalu merah jarang saya gunakan karena ya itu tadi..masalah "kurang PD".. Nah masalah percaya diri itu bisa beberapa sih karena tidak ingin jadi pusat perhatian, tidak ingin tampak mencolok, atau karena warna kulit.. nah tidak sengaja siang ini saya mendapati artikel di Yahoo tentang kiat agar percaya diri memakai warna merah :

  • Pilih warna merah yang tepat. Warna merah terdiri dari beberapa jenis. Ada yang terang seperti warna cabai, ada juga yang lebih gelap seperti warna darah atau hati. Bagi Anda yang memiliki kulit cerah, warna merah jenis apapun akan cocok. Namun bagi yang berkulit lebih gelap, pilihlah warna merah yang lebih gelap seperti merah hati atau merah marun.

  • Potongan busana. Karena warna merah sudah sangat mencolok, sebaiknya pilih busana dengan potongan minimalis, agar penampilan tak terlihat berlebihan. Gaun cheong sam khas wanita Cina pasti akan menjadikan Imlek Anda semakin meriah. Jika Anda memilih potongan gaun yang lebih modern, pilihlah gaun dengan detail dan potongan yang sederhana namun elegan.

  • Padu padan aksesori. Aksesori untuk padu-padan busana merah tak harus dengan warna yang sama. Anda juga bisa memadukannya dengan warna lain seperti hitam, emas dan masih banyak lagi. Sesuaikan dengan acara yang akan Anda hadiri. Namun jika Anda memilih untuk memadukannya dengan warna terang (seperti emas atau perak), pastikan pilihan aksesori Anda tidak telalu berlebihan. Cukup anting atau cincin besar untuk mempercantik penampilan. Jangan berusaha mencampuradukkan semua aksesori yang ada, karena hanya akan membuat Anda terlihat berlebihan.

  • Rias wajah. Pastikan untuk memilih warna riasan wajah yang senada dengan busana. Untuk amannya, pilih warna-warna yang natural. Jangan mencapuradukkan aneka warna di wajah Anda. Cukup jadikan busana merah sebagai daya tarik yang utama.

Selamat mencoba.. seperti saya hari ini 

Sumber :
Yahoo Indonesia

Gambar (busanamuslimzahra.com &  rumahmadani.com)

Jumat, 21 Januari 2011

Bintang Jatuh

 
dalam gelap malam
bertaburkan bintang-bintang
coba terangi khayalku
saat teringat dirimu oh kekasihku
dan seandainya
kau ada disini
temani aku sendiri
di malam yang tak bertepi oh indahnya
damai bersama dirimu

reff: bintang jatuh dengarkanlah
sampaikan rasa rinduku oh untuknya
dan bawalah bayang dirinya
walau dalam mimpi

dalam gelap malam
aku pun masih di sini
berselimut kabut sepi
lukiskan bayangmu kasih oh indahnya
damai bersama dirimu

repeat reff





by : DNA

Kamis, 13 Januari 2011

Cinta luar biasa

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap.Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu.
Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang?
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi
sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap.Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu.
Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang?
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi
sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -

Referensi : http://dunia-cerpen.blogspot.com